Senin, 09 Desember 2013

Posisi Akulturasi Budaya dalam masyarakat yang heterogen - antara enriching dan degreding

A.     Latar Belakang Masalah

Akulturasi merupakan sebuah proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah kedalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri[1]. Proses akulturasi tersebut memang sudah terjadi sejak dulu. Tidak bisa dipungkiri bahwa bangsa  kita pun merupakan sebuah kesatuan yang di dalamnya terdapat masyarakat dari berbagai etnik, bahkan kebudayaan asing pun turut di dalamnya. Hanya bagaimana cara menyikapi hal tersebut terkait proses akulturasi budaya yang memang tidak bisa dihindari.
 Karena pengaruh lingkungan, modernitas , serta arus urbanisasi mau tidak mau masyarakat saat ini harus menerima kebudayaan lain. Akulturasi sangat besar pengaruhnya terhadap paradigma masyarakat. Hal itu menjadi sebuah polemik bagi masyarakat yang memang masih memegang  teguh kebudayaan asli. Rasa takut akan hilangnya kebudayaan asli setempat seakan memberikan pengertian yang negatif. Pada dasarnya, akulturasi memang mempunyai dua pengaruh yang besar antara positif dan negatif, bisa menjadi sebuah faktor yang mengikis (degrading)ataupun mengembangkan (encriching) . Sejak dahulu pun akulturasi sudah terjadi dalam gejala sosial, karena  Akulturasi bersifat dinamis, lambat laun kebudayaan  asing akan berpadu dengan kebudayaan lokal.
 Sementara disisi lain , akulturasi budaya juga memberikan sebuah pengaruh yang positif terhadap perkembangan kesenian maupun jenis alat musik yang ada di Indonesia. Seperti yang diungkapkan Judistira ( 2008, 115 ), bahwa : penerimaan pengaruh dari unsur unsur budaya luar tidaklah selalu bermakna menghancurkan tradisi setempat. Pengaruh berbagai unsur budaya dapat membentuk dan menambah khazanah institusi sosial yang ada. Menyikapi hal tersebut penulis juga berpendapat bahwa  proses akulturasi dapat mengembangkan inovasi dan  kreasi, serta dapat Menjadi sebuah indikasi proses perkembangan budaya lokal tanpa menghilangkan tradisi setempat.
. Seperti yang telah disinggung pada bait sebelumnya, akulturasi sangat berperan dalam perkembangan kesenian dan instrument musik yang ada di indonesia. Melihat latar belakang diatas, penulis akan mencoba mengkerucutkan agar pembahasan tidak terlalu luas. Dalam kesempatan ini, Penulis mencoba  mengambil study kasus “ Perkembangan Karinding di Kota Bandung dalam era Globalisasi dan masyarakat Heterogen

B.     PEMBAHASAN

Karinding secara etimologis merupakan sebuah waditra yang terbuat dari bambu ataupun dari pelepah aren, memiliki lidah penggetar suara dan mulut digunakan sebagai resonator (ruang suara ). Di Jawa Barat, karinding terbagi menjadi dua, yaitu karinding lanang(laki laki) yang biasa dimainkan oleh laki laki, dan karinding wadon (perempuan) dimainkan oleh perempuan. Karinding lanang memiliki dua lidah penggetar suara, sehingga suara yang dihasilkan relatif lebih nyaring. Sedangkan pada karinding wadon hanya memiliki satu lidah penggetar suara. Karinding yang tersebar di wilayah Bandung adalah karinding wadon , yaitu yang memiliki satu lidah penggetar suara. Untuk karinding lanang yang memiliki dua lidah tersebar di wilayah cigaramiang Cianjur (Hendrik,2009)

Karinding berfungsi sebagai kesenian pribadi atau lebih dikenal dengan kalangenan. Biasanya dilakukan oleh masyarakat jaman dulu ketika mereka melakukan aktifitas di sawah maupun ladang . Selain itu, Karinding berfungsi sebagai waditra pendukung dalam kesenian ritual. Karena pada jaman itu, masyarakat percaya bahwa dalam memainkan karinding, secara tidak langsung mereka mengingat dan memegang teguh warisan para leluhur, dan dapat mengantarkan mereka kedalam rasa yang terdalam, karena Karinding mempunyai suara yang dapat menggetarkan hati setiap orang yang memainkannya.
Tidak ada sumber yang jelas mengenai tahun kelahiran dari instrument karinding.  Menurut kepercayaan masyarakat Ciramagirang, Karinding mulai ada sekitar tahun 1908, tepatnya hari Jumat tanggal 07 bulan 07 tahun 1908. Orang yang pertama kali memainkan karinding ini bernama Kari, yang pekerjaan sehari hari nya ngangon munding (menggembala kerbau). Sambil ngangon munding si Kari ini membuat dan memainkan waditra (karinding) untuk menghibur dirinya, dari asal kata si Kari-ngangon munding, akhirnya menjadi kirata (Kari-ngangon munding =Karinding), (Hendrik, 2009, 52)
a.      Karinding Towe’l sebagai produk Inovasi
Karinding towel adalah salah satu produk inovasi dari seorang seniman dan etnomusikolog yang bernama Asep Nata. Secara subyektifitas, dia meminimalisir kelemahan kelemahan dari karinding buhun yang menurutnya sangat sulit untuk memainkannya, maka diciptakanlah Karinding Towe’l. Secara bentuk, karinding Towel sangat sederhana. Dalam bentuk suara pun, Karinding Towel’l memiliki getaran (sustain) yang pendek.  Secara organologis, karinding towe’l lebih mirip dengan kareng yang berasal dari suku dayak di nusa tenggara timur.
 Karena perkembangan jaman serta tumbuh pesatnya ilmu pengetahuan, memberikan pengaruh kepada pola pikir dalam sebuah pengembangan alat musik. Fenomena  ini sangat menarik perhatian penulis, karena sejak kemunculan karinding towel, memberikan sebuah pengaruh terhadap dunia karinding di jawa barat. Karena pada dasarnya , karinding towel lebih mengutamakan kepada studi nada. Sedangkan, sejak dulu masyarakat mengenal karinding itu tidak memiliki tangga nada , umum nya bersifat sporadis (acak ).

b.     Perkembangan Karinding di Mayarakat Heterogen.
Dalam perkembangannya, dewasa ini karinding mulai kembali digemari oleh kalangan remaja yang notabene memiliki latar belakang komunitas musik band. Tentunya , hal itu menimbulkan dampak positif dan negatif  . dampak positif dari fenomena di atas adalah mulai bangkitnya budaya  lokal yang nyaris dilupakan oleh generasi muda. Seperti hal nya karinding, walaupun saat ini fungsinya telah berubah, tapi perlu digaris bawahi, instrument tersebut kini hadir kembali dan memberikan peran dalam khasanah musik khususnya untuk komunitas band di Kota Bandung.
Karinding attack merupakan salah satu komunitas musik yang mengutamakan karinding sebagai alat musik utamanya. Personil nya berlatar belakang kan dari komunitas Underground di Ujung Berung yang bernama “ujung berung rebels “. Kehadiran mereka memberikan sebuah motivasi kepada para generasi muda. Karinding sunda yang sebelumnya kurang diketahui serta diminati oleh masyarakat, kini kembali mencuat dan memberikan sebuah kontribusi dalam khasanah musik Nusantara. Perkembangan ini berubah secara signifikan dan merupakan sebuah fenomena yang terjadi bahwasanya akulturasi memberikan sebuah inovasi.

 Hanya saja karena faktor moderenisasi, karinding dalam hal ini beralih fungsi menyesuaikan untuk kebutuhan pertunjukan. Kolaborasi dengan band band metal dirasa cukup efektif karena pola kehidupan masyarakat kota yang cenderung fleksibel, menjadikan sebuah indikasi karinding dapat cepat diterima.
Kimung (Jurnal Karat) mengemukakan sebagai berikut :
 Puncaknya adalah ketika para pemusik metal itu bersatu dalam satu grup yang bertujuan menyebarkan karinding serta nilai-nilai luhur dan kesederhanaan yang terkandung darinya.
Grup ini mereka namakan Karinding Attack, berdiri Februari 2009 di Commonroom. Dengan latar belakang musikalitas, sosial, dan budaya yang jauh berbeda dengan seniman kasundaan pada umumnya, Karinding Attack dengan garang menggebrak ranah seni karinding. Lagu-lagunya yang keluar dari pola-pola umum permainan karinding, cepat, dengan tingkat akurasi yang tinggi menyebabkan grup ini dengan cepat diterima anak muda. Segera saja virus “Karat”—begitulah mereka menyingkat nama band mereka—menyebar.

Peran media masa seperti internet sangat berpengaruh terhadap proses akulturasi. Bahwannya internet merupakan media ekspresi bagi semua orang di seluruh dunia. Segala bentuk musik yang populer dapat kita lihat dari internet. Begitupun dengan karinding, sejak kemunculan komunitas Karinding Attack dalam dunia maya maupun konser konser musik lainnya. Antusiasme golongan muda yang berlatar belakang musik metal turut serta membawakan karinding dalam setiap mereka performing. Menurut kimung (personil karinding attack), sejak tahun 2009-sekarang telah tercatat dua ratus lebih komunitas karinding lahir di kota bandung.






C.    Solusi

Dari dua sampel diatas, kita bias melihat bagaimana pengaruh akulturasi terhadap perkembangan karinding di kota bandung. Asep Nata dengan karinding inovasinya, dapat memberikan sebuah terobosan baru dalam system pelarasan karinding. Dengan latar belakang seorang peneliti music (etnomusikologi), asep nata dapat memadukan beberapa hasil kebudayaan kedalam bentuk karinding inovasinya, sehingga dari percampuran tersebut menghasilkan sebuah produk karinding yang baru.
Sedangkan untuk sampel kedua, Komunitas Karinding Attack yang berlatarbelakang music metal, mencoba mengajak generasi muda yang notabene memiliki latar belakang yang sama, untuk mengenal dan memainkan karinding. Semoga saja fenomena ini bukan merupakan sebuah krisis identitas bagi kalangan muda. Kita sebagai insane akademisi seni, seharusnya harus lebih peka terhadap fenomena yang terjadi di sekitar kita.
Penulis menyikapi hal ini, fenomena kesenian tradisional kita saat ini seakan “hidup segan , matipun tak mau “, seperti halnya karinding, Ketika ada orang yang hendak mengembangkannya, selalu ada saja orang yang tidak berpihak dengan mengatas namakan budaya local (karuhun). Padahal, melihat kondisi sekarang , jaman telah berubah. Jika kita tidak mengkuti perkembangan jaman, kita tinggal melihat seni tradisional itu perlahan hilang karena tidak akan diminati oleh masyarakat yang notebene telah berubah dalam segi pemikiran.




D.    Kesimpulan

Selama memegang teguh tradisi yang ada, maka tidak perlu ditakutkan lagi akan adanya pengikisan budaya. Arus moderenisasi dalam masyarakat heterogen bersifat global. karena bertujuan untuk mensejahterakan manusia melalui ilmu pengetahuan dan teknologi. Pemilihan budaya yang sesuai dengan kehidupan merupakan langkah selektif dalam cara pandang terhadap sebuah akulturasi budaya. Akulturasi budaya akan selalu terjadi hingga beberapa waktu yang akan datang. Maka jangan heran, karinding pun akan lebih berkembang beberapa waktu yang akan datang. Karena, setiap saat manusia menerima beberapa pengaruh dalam pikirannya , baik itu dari media informasi, maupun dari pergaulan antar etnik.














Daftar pustaka

Garna, judistira. 2008. Budaya sunda : melintasi waktu menantang masa depan.Bandung : penerbit lembaga penelitian unpad .
Dwi Wahyudiarto. 2005. Kapita Selekta Budaya. Surakarta. STSI Press Surakarta.
Cace Hendrik. 2009. Penelitian Karinding di Cigaramiang Cianjur Selatan.
Kimung, 2010. Karinding Menghajar Jalanan, Ujung Berung Rebels (online ), (http://jurnalkarat.wordpress.com/2010/07/04/karinding-menghajar-jalanan/ diakses 11 November 2013)





[1] Dwi Wahyudiarto dalam bukunya yang berjudul “Kapita selekta Budaya” hal 37. Diterbitkan oleh STSI Press Surakarta. Tahun 2005.

Jumat, 08 Maret 2013

Lulus UN Bingung Cari PTN Seni ?

        Ketika di masa Sekolah menengah atas, kerap sekali bingung memilih perguruan tinggi yang hendak di tuju. Apalagi apabila kita mempunyai hobi maupun bakat di bidang seni, pastinya akan bingung kemana kita akan melanjutkan studi kita. Apakah ada perguruan tinggi yang fokus di bidang kesenian? Kalo memang ada, apa nama perguruan tinggi Seni tersebut, serta bagaimana kita mencari informasi tentang perguruan tinggi seni yang sesuai dengan bakat kita di bidang seni.
      Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung merupakan salah satu Perguruan Tinggi Negri dibawah Naungan Direktorat  Pendidikan dan Kebudayaan yang fokus dalam pengembangan Seni .STSI memiliki beberapa Jurusan dan Prodi yang diantaranya :

1. Jurusan Karawitan
2. Jurusan Tari
3. Jurusan Teater
4. Jurusan Seni Rupa
5. Prodi Televisi dan Film
6. Prodi Musik Bambu
7. Tata Busana
8. Desain Grafis

Berikut sekilas informasi yang dapat saya share. Untuk informasi lebih lanjut. Silahkan mampir di website STSI Bandung. http://www.stsi-bdg.ac.id/.
SEKOLAH TINGGI SENI INDONESIA (STSI)BANDUNG/
Jl. Buah Batu No 212. BANDUNG. INDONESIA.

ALAT MUSIK BAMBU. Menjadikan Karyamu Mendunia.

         Instrumen musik pada jaman sekarang ini memang sangat beragam, dari mulai instrument digital sampai dengan instrument canggih lainnya. Dari masing-masing instrument tersebut mengasilkan beberapa nada maupun harmoni yang berbeda satu sama lain. Sehingga apabila dipadukan menjadi sebuah karya musik, menjadikannya satu alunan melodi yang sempurna apabila dikelola dengan baik dan kreatif.
        Sajian musik yang saya suguhkan ini adalah salah satu contoh perpaduan instrument musik yang notabene berbahan dasar bambu yang terdiri dari angklung, arumba, suling, dll.  Alat musik bambu saat ini telah merambah ke industri musik dunia, karena sistem tangga nada menggunakan Diatonis (do re mi fa sol la si do ), bahkan sampai nada kromatik. Banyak musisi dunia yang mulai melirik serta menggunakan instrument Bambu.
        Angklung  dan arumba yang bisa berfungsi sebagai pengatur melodi dan akord, apabila dipadukan akan menjadi sebuah karya yang mungkin bisa mendunia. Maka banyak komposer dunia yang sengaja datang ke indonesia hanya untuk melihat dan mencoba potensi alat musik bambu.

HIMPUNAN MAHASISWA KARAWITAN

       Merupakan sekumpulan mahasiswa yang memliliki persepesi serta sudut pandang yang sama, mempunyai tujuan untuk turut menumbuh kembangkan kesenian, khususnya kesenian tradisional. Himpunan ini lahir dan hidup di bawah naungan lembaga Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI ) Bandung. Banyak lahir kader-kader seni yang mempunyai integritas tinggi, loyalitas yang maksimal serta berjiwa kepemimpinan.
               Berbagai prestasi telah banyak diraih baik dalam bidang kesenian maupun komunitas lainnya. Himaka pun turut andil dalam melahirkan insan - insan seni yang kini telah berada dalam puncak kesusksesannya.Himaka seakan menjadi jalan suci yang dapat mengantarkan setiap orang yang berada di dalamnya menjadi sebuah insan seni yang mempunyai loyalitas, serta integritas yang tinggi.
Setiap tahunnya Konsisten menyelenggarakan ivent pertujukan yang bertemakan pelestarian kesenian tradisional, maupun kegiatan- kegiatan observasi kesenian. Bekerja sama dengan beberapa lembaga pemerintahan sebagai upaya turut membantu beberapa program pemerintah khususnya pelestarian seni dan budaya.

Senin, 04 Maret 2013

MEMBIASAKAN MEMBAGI FIKIRAN

Setelah semalam suntuk berjibaku dengan desain-desain properti tata pentas, seolah tak ada rasa lelah, ketika mentari mulai terbit di ufuk timur, mental kembali tertantang untuk menghadapi aktifitas yang berbeda. Memori fikiran sisa semalam belum surut, kembali datang hal-hal baru yang harus difikirkan.
Manajemen fikiran.... andai ada teori tersebut. mungkin banyak orang yang akan tertolong dari penyakit strees.

Pandai-pandailah berbagi waktu maupun fikiran , sebab, semua itu akan semakin menempa kita untuk lebih gigih dan bijak dalam menghadapi suatu persoalan. Berani keluar dari zona nyaman ,berani mengahadapi terik matahari . Apabila semuanya telah terbiasa kita lakukan, kita tak akan merasa berat menjalani hidup yang pada hakikatnya banyak cerita maupun permasalahan.

Seimbangkan fikiran kita, ketika kita menghadapi suatu persoalan yang sulit, tidak ada salahnya kita sedikit memikirkan suatu hal yang indah , yang bisa membuat kita tenang. begitu pula ketika kita mendapatkan suatu kesenangan, tidak ada salahnya juga kita berfikiran suatu hal yang mengiris hati.

apabila ada yang berbeda dari uraian diatas, abaikan saja. karena ini hanya sebuah catatan-catatan hati saya.
semua fikiran manusia tak selamanya sama. menyatukan fikiran terkadang susah, terkadang pula dengan begitu mudahnya.


Rabu, 27 Februari 2013

PENGABDIANKU



Disaat kita masih kecil, kita selalu diberikan kasih sayang oleh orang tua kita. Semua itu perlahan mengantarkan kita menuju kedewasaan. waktu terus berjalan seiring usia kita yang semakin bertambah, orang tua kita ataupun orang -orang terdekat kita pun sama , semuanya akan berubah.
dalam kondisi demikian, kita pasti akan merasakan bagaimana mengatur hidup kita sendiri tanpa campur tangan orang lain ( mandiri ). Karena siklus kehidupan akan terus berjalan. dari lahir, balita, remaja, dewasa, tua dan akhirnya kita meninggal dunia. semua itu adalah proses kehidupan kita di dunia.
yang saya rasakan,  dari kecil saya selalu bermimpi jika saya lulus smp saya akan melanjutkan ke jenjang sma. dan setelah lulus sma saya akan melanjutkan ke perguruan tinggi.
Jika saya pada waktu itu tidak membangun prinsip serta hanya mengandalkan dari orang tua, saya tidak akan menjadi saya yang sekarang,mungkin saya akan terus bergantung kepada orang tua . memang pada hakikatnya, saya masih berhak mendapatkan sesuatu dari orang tua.
Saya masih ingat ketika orang tua saya dengan tegas menyuruh saya untuk tidak melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. " Saya menolak tegas" saya tetap pada keinginan saya yang telah saya bangun sejak dari SMP. Apakah saya berdosa kepada orang tua saya? saya tahu, mereka menginginkan saya untuk segera berpenghasilan dan bisa menghidupi mereka serta adik-adik saya. tapi entah kenapa, saya pada saat itu  saya enggan untuk bekerja bila hanya mengandalkan ijazah sma, saya ingin kuliah.
tapi saya melakukan hal ini semuanya untuk kalian. saya ingin membuat kalian bangga, saya ingin kaliandi hargai, bahwa kalian bisa menyekolahkanku ke perguruan tinggi . walaupun pada saat itu yang saya butuhkan hanyalah doa restu dari kalian. maafkan saya, saya tau kalian pasti kawatir.
Kini aku saya jauh dengan kalian, tapi aku bisa hidup dengan dari mimpi-mimpi saya . dan akan menghidupi kalian sebagai pengabdian dari seorang anak.
dengan bermodalkan tekad, kemauan, mimpi, kerja keras , integritas dan satu yang sangat penting, yakni doa kalian yang akan senantiasa menuntunku menuju kesuksesan.
Ini hanya sekelumit pengalaman saya. saya yakin kawan-kawan juga akan lebih dari yang apa saya ungkapkan, inilah cara saya untuk memotivasi diri. ini hanya ungkapan subyektifitas saya sendiri.

Jumat, 25 Januari 2013

GAMELAN DEGUNG SEBAGAI RELAKSASI


                            Gamelan degung merupakan salah satu jenis instrument yang berkembang di Jawa barat. Gamelan ini menggunakan tangga nada pentatonis dengan laras Pelog (Degung).  Musikalitas dari gamelan degung sangatlah lembut, niscaya bila kita mendengarnya , fikiran maupun jiwa kita terasa terbawa ke dalam alam nirwana. Fikiran menjadi lebih rileks. Bila anda tidak percaya, anda bisa mendengarkan langsung dari video yang telah saya upload.

Rabu, 23 Januari 2013

Galau sama dengan Menambah Masalah

Realitas perjalanan kehidupan memang tidak selamanya mulus, pasti semua pernah mengalami apa yang namanya masalah,  trend nya zaman sekarang lebih populer dengan istilah "GALAU". Galau merupakan sebuah kondisi dimana seseorang terlalu memikirkan masalah ataupun kesedihan yang ia dapatkan. Galau juga dapat membuat seseorang sensitif dengan segala kegiatan kesehariannya. Emosi seringkali meningkat tajam, teman di acuhkan, kegiatan -kegiatan yang lebih penting dan bernilai positif pun dapat terabaikan. Bukankah itu malah dapat menambah masalah untuk kita di kemudian hari? secara manusiawi kita semua punya apa yang namanya masalah, sungguh munafik apabila kita mengaku-ngaku ga pernah ada masalah.
Maka, bila suatu saat nanti kita mengahadapi suatu keadaan yang memang benar-benar sulit, yang pertama harus kita lakukan adalah introspeksi diri kita sendiri. Masalah akan terasa mudah kita hadapi tergantung dari kita yang menyikapi masalah tersebut, apabila sugesti kita menganggap semua itu sulit, alhasil semua itu akan benar-benar sulit. Akan tetapi , apabila kita menghadapinya dengan sugesti yang positif, dan yakin kepada diri sendiri kalo semua itu bisa kita hadapi, insyaallah semuanya akan menemukan titik terang.
 KEEP SPIRIT.....

RAGAM ALAT MUSIK TRADISIONAL

SULING SUNDA (FLUTE OF SUNDANESE)

Alat tiup khas sunda ini mempunyai banyak jenis, ada yang lubang 7 (nada sisipan ) lubang 4 ( suling degung ). Ada pula jenis suling yang menggunakan tangga nada diatonis.


. KACAPI SITER

Untuk jenis kecapi ini adalah yang telah menggunakan spool, sehingga memudahkan untuk masalah teknis sound.
KENDANG SUNDA (atas)
KARINDING SUNDA (bawah )












Untuk pemesanan bisa hubungi contact person : araniria@yahoo.com. HP. 087723300992

Selasa, 22 Januari 2013

TONEEL BANDUNG PRESENT






Karya : Danarto
Sutradara : Rizki Aulia Malik
26-28 Februari 2013

JADUAL PERTUNJUKAN :

Selasa, 26 Feb 2013
Pukul : 13.00 & 15.00 WIB
Rabu, 27 Feb 2013
Pukul : 13.00 & 15.00 WIB
Kamis, 28 Feb 2013
Pukul : 13.00, 15.00 & 20.00 WIB

GK. SUNAN AMBU STSI Bandung
Jl. Buah Batu 212

PASANGGIRI DEGUNG TINGKAT SMA/SMK SE- BANDUNG RAYA



kop surat

INSTRUMENT YANG UNIK



I.                   Latar Belakang
Indonesia merupakan wilayah tropis yang memungkinkan banyak tanaman yang bisa tumbuh subur, termasuk bambu. Bambu adalah  sebuah tanaman yang mempunyai ruas-ruas pada batangnya, dan  biasanya mempunyai ukuran yang panjang. Bambu mempunyai banyak kegunaan, baik itu untuk bahan bangunan, kerajinan ,termasuk sebagai bahan dasar dalam pembuatan alat music seperti angklung, calung, suling dan yang lainya, karinding salah satunya . Karinding, adalah alat musik indonesia yang berasal dari daerah Jawa Barat mungkin masih asing bagi masyarakat awam, banyak sekali versi yang menerangkan arti karinding ini, tetapi karinding ini merupakan alat musik Indonesia yang tergolong dalam klasifikasi lamellafone[1]. klasifikasi lamellophone, banyak sekali alat musik sejenis lamellophone di nusantara ini yang secara organologi tidak jauh berbeda dengan karinding, contohnya, kurinding kalimantan selatan, genggong bali dan lombok, pikonane dari papua dan lain sebagainya, bakan alat musik sejenis lamellophone dapat di jumpai dari berbagai daerah di kepulauan Indonesia. Bukan hanya di wilayah indonesia saja, jenis lamellophone ini tersebar hampir di seluruh dunia, khusus nya di asia tenggara. di wilayah eropa jenis lamellophone dikenal dengan nama Jew’s harp, jaw harp, mouth harp, Ozark harp, trump atau juice harp.
Karinding Towe’l adalah alat musik lamelaphone hasil inovasi dari seorang etnomusikolog yang bernama Asep Nata. Beliau awalnya terinspirasi dari  alat musik logam yaitu JawsHarp .Karinding Towél, dalam pengertian bahasa Sunda berarti instrumen “genggong yang dimainkan secara dipetik dengan jemari”), merupakan instrumen generik atau ekstrak dari genggong (jews harp) petik yang dibuat dari bahan bambu dan/atau pelepah aren Karinding towel, merupakan salah satu jenis dari sekian banyak  lamellophone yang ada di indonesia, Karinding towel ini berbasis pada jenis lamellophone yang ada di asia tenggara. tidak seperti karinding tradisional lain nya, Karinding towel adalah inovasi dari karinding sebelumnya yang tidak memiliki standar pitch nada atau tonal yang jelas. Karinding Towel memiliki Pitch atau tonal yang mengacu pada standar nada diatonis, sehingga karinding towel dapat juga masuk kedalam alat musik tonal. secara teknis memainkan Karinding towel memiliki perbedaan dengan karinding tradisional yang dikenal di jawa barat, walaupun sama-sama menggunakan rongga mulut sebagai resonator bunyi, umum nya karinding tradisional dari jawa barat di bunyikan  dengan cara di pukul pada pangkal karinding nya sehingga terjadi  getaran pada lidah(lamella) karinding yang menimbulkan suatu bunyi. Karinding Towel di bunyikan dengan cara di Towel atau di colek menggunakan ujung jari tangan. Karinding towel  tak hanya memiliki satu nada dalam satu alat istrument, tapi dapat memiliki rangkaian 3 nada bahkan sampai satu oktav  dalam satu rangkaian karinding towel, sesuai dengan keinginan dan  kebutuhan nya.

1.      Awal Kemunculan dan Perkembangan Karinding Towel
      Pada Tahun 2005 Asep Nata membuat sebuah inovasi karinding, beliau terinspirasi dari alat music jaws harp. Serta  Inventor (pencipta) instrumen KARTO (akronim dari Karinding Towél, dalam pengertian bahasa Sunda berarti instrumen “genggong yang dimainkan secara dipetik dengan jemari”), merupakan instrumen generik atau ekstrak dari genggong (jews harp) petik yang dibuat dari bahan bambu dan/atau pelepah aren.


Koleksi towel “foto “suku karinding

  Sampel KARTO model kromatik (berupa serial skala nada musik Barat) satu set diberikan kepada Sapto Raharjo (pengelola Yogyakarta Gamelan Festival) dan satu set lainnya diberikan kepada Prof. Dieter Mack (dosen Pasca Sarjana di kedua perguruan tinggi UPI Bandung dan ISI Surakarta. Sampai saat ini karinding towel telah banyak diakui di kalangan masyarakat. Di lingkungan Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung sendiri telah lahir komunitas Karinding Towel (Suku Karinding Towel ), yaitu para mahasiswa yang telah khatam membuat satu oktaf karinding towel. Karena pada saat itu Asep Nata menjadi dosen di STSI Bandung, beliau sedikit mengajarkan teori pembuatan Karinding Towel.

2.      Karinding Towel Di Mata Masyarakat
Sejak Karinding Towel mulai di persentasikan dikalangan masyarakat, masyarakat sangat antusias, dan menerima hasil inovasi. Beberapa workshop pun telah dilakukan guna memperkenalkan instrument karinding towel, diantaranya pada Tahun 2009.  Klip video pertama tentang “Karinding Towel by Asep Nata” diluncurkan ke dunia maya.          Tahun 2010 (Oktober). Workshop Karinding Towel di Jurusan Etnomusikologi Institut Seni Surakarta (ISI Surakarta).

Koleksi foto “ suku karinding towel “

Tahun 2011 (Februari) Seminar Seni Karinding di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.  Para peserta terdiri dari guru-guru SMP se-Kabupaten Sumedang. (Biografi Asep Nata).
Dari hal tersebut , kemunculan karinding towel memberikan stimulus kepada para seniman dalam hal berkreasi, karena karinding towel lebih mengutamakan aspek studi nada. Sebelumnya, instrument karinding buhun yang notabene memliki nada yang sporadis (acak), kini telah ada yang membuat karinding buhun yang satu oktav. Serta berbagai komunitas karinding di jawa barat dari tahun 2010 sampai sekarang meningkat secara signifikan (hasil wawancara dengan asep nata).

3.      Instrument yang mirip
Di Indonesia ada berbagai instrument yang mirip dengan karinding, yang diantaranya : 

a. Genggong 
Genggong merupakan salah satu instrumen getar yang unik yang semakin jarang dikenal orang. Keunikannya terletak pada suara yang ditimbulkannya yang bila dirasakan memberi kesan mirip seperti suara katak sawah yang riang gembira bersahut-sahutan di malam hari. Keunikannya yang lain adalah memanfaatkan rongga mulut orang yang membunyikannya sebagai resonator.

Memang alat ini dibunyikan dengan cara mengulum (yanggem) pada bagian yang disebut “palayah”nya. Jari tangan kiri memegang ujung alat sebelah kiri dan tangan kanan menggenggam tangkai bambu kecil yang dihubungkan dengan tali benang dengan ujung alat di sebelah kanan. Untuk membunyikannya maka benang itu ditarik-tarik ke samping kanan agak menyudut ke depan, tetapi tidak meniupnya. Rongga mulut hanya sebagai resonator, dibesarkan atau dikecilkan sesuai dengan rendah atau tinggi nada yang diinginkan. (Triguna, Ida Bagus Gde Yudha, dkk,. 1994. Peralatan Hiburan dan Kesenian Tradisional Bali. Denpasar: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.)

b. Kuriding Kalimantan Selatan
Kuriding adalah sebuah alat musik khas Kalimantan Selatan. Kuriding dimainkan oleh seniman dari etnis Bakumpai maupun Banjar. Kuriding dibuat dari enau atau kayu mirip ulin yang hanya ada di daerah Muara Teweh, Barito Utara. Cara memainkan Kuriding adalah tangan kiri memegang tali pendek melingkar yang menahan bilah kayu itu agar menempelkan di mulut.Tangan kanan menarik-narik tali panjang yang diikat pada ujung bilah sebelahnya. Terdengar seperti suara angin menderu-deru, diiringi bunyi menghentak-hentak berirama teratur.



c. Pikonane papua
Pikon berasal dari kata pikonane. Dalam bahasa Baliem, Pikonane berarti alat musik bunyi. Alat ini terbuat dari sejenis bambu yang beruas-ruas dan berongga bernama Hite. Pikon yang ditiup sambil menarik talinya ini hanya akan mengeluarkan nada-nada dasar, berupa do, mi dan sol.


4.      Karinding Sunda ( Buhun)
Karinding Sunda merupakan alat musik lamellaphone yang yang mempunyai lidah sebagai penggetar suara. Awalnya karinding adalah alat yang digunakan oleh para karuhun untuk mengusir hama di sawah—bunyinya yang khas sangat merusak konsentrasi hama. Adapun karinding di gunakan oleh kaum lelaki untuk meminang perempuan, hal tersebut sering dilakukan oleh para karuhun atau orang tua jaman dulu. Sekarang pun tradisi meminang perempuan dengan cara memainkan karinding masih dilakukan oleh kaum-kaum adat di wilayah Sulawesi.







5.      Perkembangan Karinding Sunda
Pada saat ini, karinding sunda sudah banyak tersebar hampir 70 persen di pelosok jawa barat. Sebelumnya masyarakat tidak banyak mengatahui apa yang dinamakan karinding. Akan tetapi, setelah banyak munculnya komunitas-komunitas yang mengusung genre rock serta membawa peran serta  karinding. Kini karinding menjadi vital kembali. Menjadi hal menarik, karinding banyak disukai oleh kaum-kaum muda seperti komunitas music ataupun personal yang memang mereka mempunyai ketertarikan pada karinding.

6.      Perbandingan Karinding Towel dan Karinding Sunda
Sebuah hal yang menarik bagi saya sebagai penulis untuk membicarakan karinding towel dan karinding buhun serta bagaimana perbandingannya.
a.      Bentuk instrument
Hal yang menarik dari karinding towel itu adalah dari bentuk nya yang sederhana, serta mudah memainkanya. sedangkan karinding sunda memiliki bentuk yang sedikit rumit dan mempunyai nilai estetik, yakni mempunyai lidah yang kecil, berbeda dengan karinding towel yang memiliki lidah yang lebar.



b.     Cara memainkan
Cara memainkan karinding towel tergolong mudah, kita cukup meletakan bagian lidah karinding towel ke mulut , dan di bagian ujung atau kancing kita sentuh atau towel dengan jari. Mulut itu sendiri berfungsi sebagai resonansi suara . sedangkan karinding sunda hampir sama dengan karinding towel, namun perbedaanya, karinding sunda dimainkan dengan cara di pukul atau secara bahasa sunda yaitu dengan cara di ketrok.
c.       Warna Suara
Warna suara yang dihasilkan dua jenis alat music ini satu sama lain mempunyai perbedaan. Karinding towel memiliki warna suara dengan intensitas sustain yang relative pendek, sedangkan karinding buhun lebih menonjolkan warna suara dengan intensitas sustain yang panjang.








I.                     Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan. Di Indonesia banyak sekali instrument yang sejenis dengan karinding . meskipun bentuk nya sama, akan tetapi dari setiap instrument memiliki ciri khas yang berbeda satu sama lain. Dan mengenai perbandingan antara karinding towel dan karinding sunda satu sama lain memiliki cirri khas tersendiri. Kita harus berbangga hati, karena secara umum Indonesia mempunyai banyak ragam jenis alat music yang unik, khususnya jawa barat, masih banyak alat music lainya yang kurang diketahui oleh banyak orang. Semoga dengan tulisan yang saya buat kita bisa membandingkan instrument karinding dari sekian banyak instrument karinding itu yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia, serta memberikan sebuah referensi yang berguna untuk berbagai sumber media.




[1] . yang berarti lidah penggetar suara

Senin, 21 Januari 2013

Ujian semester yang Menghibur

Apabila kita mendengar makna kata "ujian" pasti kawan-kawan langsung membayangkan memegang sebuah soal ujian dengan diawasi oleh guru yang killer. Tapi untuk ujian semester yang satu ini sungguhlah menyenangkan dan menghibur. Mereka para mahasiswa Jurusan seni tradisi menampilkan beberapa karya garapan musik. Seperti Gamelan , musik bambu, accapella, kacapi suling, dan lain sebagainya. Untuk kegiatan yang berda pada foto, mahasiswa sedang melaksanakan ujian gamelan. Sungguh mengasikan dan sangat menghibur bagi orang yang memang tidak biasa menyaksikan ujian semester yang khas di lakukan oleh perguruan tinggi  Seni Negri ini.